Panduan dan Strategi Investasi Terbaik dalam Membeli Reksadana
Upaya untuk menjamin kehidupan di masa yang akan datang nanti bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Menabung adalah salah satu cara paling mudah yang bisa dilakukan oleh setiap orang namun saat ini, membuka rekening di tabungan saja tidaklah cukup.
Melakukan investasi adalah cara yang patut ditempuh untuk bisa mencapai masa depan yang lebih baik. Ada berbagai model investasi yang bisa dipilih mulai dari investasi dalam bentuk perhiasan, properti atau pun investasi saham. Investasi dalam bentuk saham juga tersedia dalam berbagai pilihan dan salah satu pilihan yang cukup populer saat ini adalah investasi reksadana.
Reksadana sendiri sebuah sistem pengelolaan dana bagi investor yang ingin menanamkan investasi mereka dalam berbagai instrumen investasi yang ada di pasaran. Sebuah tim yang profesional dan memahami dengan jelas seluk beluk investasi saham akan mengelola uang tersebut.
Tipe investasi ini sendiri dianggap sebagai tipe investasi yang sederhana dan cocok untuk mereka yang memiliki keinginan untuk berinvestasi jangka panjang namun tidak memiliki waktu ataupun keahlian untuk melakukan investasi secara langsung di pasar bursa.
Sama seperti model investasi lainnya, ada berbagai strategi yang bisa diterapkan dalam reksadana. Secara umum ada 4 jenis strategi yang dipergunakan dalam investasi reksadana yaitu strategi lump sum, constant share (CS), Dollar cost averaging (DCA), dan yang terakhir adalah value averaging.
Strategi Lump Sum
Strategi ini mengacu pada proses pembelian unit investasi dimana sang investor menginvestasikan seluruh dana mereka di awal periode. Umumnya investor hanya membiarkan saja dana tersebut bergerak naik turun sesuai dengan perkembangan pasar sampai sang investor memutuskan untuk mencairkan atau menjual kembali.
Strategi ini memiliki kelebihan dan kelemahannya tersendiri. Investor yang memilih strategi ini harus jeli untuk melakukan pembelian pada saat harga NAB (nilai aktiva bersih) sedang berada pada titik yang rendah (bottom).
Dengan begini, mereka bisa mendapatkan jumlah unit yang lebih banyak dengan harga yang lebih terjangkau. Selain itu, mereka bisa menjual unit yang mereka miliki saat harga NAB sedang berada pada titik yang lebih tinggi daripada saat pembelian, untuk bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Para investor tidak perlu dipusingkan dengan masalah pengalokasian dana untuk pembelian unit karena semuanya sudah dilakukan sejak awal.
Namun, ada titik lemah dari strategi ini. Tidak ada yang bisa memberikan prediksi yang paling tepat mengenai kapan titik terendah dari nilai NAB sebuah unit akan terjadi. Selain itu, strategi ini pada umumnya memerlukan modal yang cukup besar sehingga akan sedikit menyulitkan bagi para calon investor yang memiliki modal yang pas-pasan.
Strategi Dollar Cost Averaging (DCA)
Strategi ini mengacu pada proses investasi dimana sang investor melakukan investasi secara berkala dalam jumlah yang tetap. Investasi ini bisa dilakukan seminggu sekali, sebulan sekali atau tiga bulan sekali selama periode tertentu.
Contohnya, seorang investor memilih untuk melakukan investasi sebesar Rp 1.000.000,- setiap bulannya, untuk membeli unit selama 3 tahun lamanya. Jumlah uang tersebut bisa dipergunakan untuk membeli unit yang sama dalam jumlah yang berbeda setiap bulannya, tergantung dari harga NAB unit tersebut dipasaran.
Jenis strategi yang satu ini tidak mengacu atau melihat kondisi pasar yang ada.
Jadi, sang investor tetap akan berinvestasi terlepas apakah kondisi pasar sedang naik atau turun. Penggunaan strategi ini cocok diterapkan oleh mereka yang memiliki modal investasi yang kecil dan ada berbagai kelebihan yang bisa dinikmati dengan penggunaan strategi ini yaitu:
• Sang investor memiliki kesempatan untuk mendapatkan harga rata-rata dari investasi mereka
• Jauh lebih terjangkau bagi investor pemula yang mungkin masih ragu-ragu dengan model investasi reksadana secara keseluruhan dan juga buat mereka yang hanya bisa menyisihkan dana yang terbatas secara berkala
• Resiko yang ada juga tergolong lebih kecil karena pembelian dilakukan secara berkala
• Jauh lebih praktis bagi sang investor, karena mereka bisa mengatur agar pembelian dilakukan secara otomatis setiap jangka waktu tertentu melalui sistem autodebet atau penarikan uang secara otomatis dari rekening bank sang investor itu sendiri.
Bagi banyak orang, jenis strategi ini cukup menguntungkan namun bagi beberapa investor, keuntungan yang bisa didapatkan tergolong kecil karena mereka hanya bisa mendapatkan harga rata-rata untuk setiap unit yang mereka beli.
Strategi Constant Share (CS)
Berbanding terbalik dengan strategi DCA, strategi CS lebih mengacu bukan pada jumlah uang yang dikeluarkan secara berkala dalam periode tertentu, melainkan pada jumlah unit yang dibeli secara berkala dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai contoh, seorang investor berencana membeli 100 unit yang sama setiap bulannya, selama 3 tahun lamanya. Jumlah uang yang dikeluarkan akan berbeda setiap bulannya tergantung dari harga NAB di pasaran.
Kelebihan utama dari strategi ini adalah sang investor dapat dengan mudah menghitung jumlah unit yang mereka miliki dalam jangka waktu tertentu. Namun tentu saja, biaya yang dikeluarkan bisa sangat bervariasi dan bisa jadi jauh lebih besar karena harga NAB sebuah unit bisa turun ataupun naik dengan drastis dalam jangka waktu yang cukup singkat.
Strategi Value Averaging
Strategi ini mengacu pada upaya penambahan nilai investasi yang tetap dan berkala. Strategi ini lebih mengutamakan agar nilai investasi kita bertambah dengan tetap baik dengan menggunakan nilai nominal ataupun persentase.
Langkah awal yang hendak dilakukan investor adalah dengan menetapkan nilai investasi yang harus dimiliki oleh setiap investor secara berkala.
Contohnya sebagai berikut:
• Bila investor menggunakan nilai nominal dan ingin agar nilai investasinya bertambah Rp. 1.000.000,- setiap bulannya, maka yang perlu dilakukan adalah menyetor dana awal sebesar 1 juta rupiah, lalu dibulan kedua mereka perlu menghitung nilai investasi yang sudah ada. Bila nilai investasi sudah mencapai Rp. 1.100.000,- maka mereka tinggal menambah investasi sebesar Rp.900.000,- dan seterusnya.
• Bila menggunakan nilai persentase dan sang investor ingin agar investasinya bertumbuh sebesar 10% setiap bulannya, maka yang bisa dilakukan investor adalah menyetor dana awal sebesar 1 juta rupiah, lalu dibulan kedua mereka harus bisa meningkatkan nilai investasi menjadi Rp.1.000.000,- x 10% menjadi Rp.1.100.000,-.
Bila pada bulan kedua nilai investasi mereka mencapai Rp.1050.000,- maka mereka hanya perlu menambah Rp.50.000,- saja untuk bisa memenuhi target, dan begitu seterusnya.
Kombinasi Strategi
Selain dengan menggunakan salah satu strategi diatas, seorang investor juga bisa menggunakan kombinasi dari berbagai strategi tersebut.
Hal ini bisa dilakukan dengan cara membeli sejumlah unit pada waktu awal dimana NAB sedang berada pada posisi rendah, kemudian tetap melakukan investasi secara berkala dalam arti membeli unit secara berkala. Dalam penggunaan strategi ini, sang investor atau manajer investor tersebut perlu jeli untuk melihat harga NAB dipasaran.
Bila harga NAB sedang turun, maka sang investore bisa membeli unit dalam jumlah yang lebih besar dan kemudian tetap melanjutkan investasi berkala mereka.
Hasil investasi dengan menggunakan kombinasi strategi ini bisa jauh lebih maksimal bila dibandingkan dengan penggunaan satu strategi saja. Namun, tentu saja setiap orang memiliki pendapat yang berbeda mengenai jenis strategi yang paling efektif untuk mereka dan sangat disarankan untuk jeli memilih salah satu diantaranya.
Strategi Reksadana Saham
Jenis-jenis strategi yang telah disebutkan sebelumnya bisa diterapkan untuk berbagai jenis reksadana yang ada baik reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap ataupun reksadana pasar uang.
Namun khusus untuk reksadana saham, ada beberapa strategi lain yang bisa diterapkan, yang memanfaatkan tingkat fluktuasi naik turunnya harga.
Strategi yang dimaksud disini adalah:
• Buy and Exit atau strategi masuk dan keluar atau yang sering juga disebut dengan Swing Trade
Strategi ini mengacu pada pembelian unit saat harga sedang turun atau saat sedang akan bergerak naik, dimana kemudian sang investor harus menjual kembali unit mereka saat harganya sedang berada diatas atau saat harga nampaknya akan mengalami penurunan.
Istilah lain untuk penggunaan strategi ini adalah ride the wave atau ikuti pasang surut dari kenaikan harga NAB dari unit yang ada
• Buy and Hold
Strategi ini adalah strategi yang mengacu pada sikap pasif para investor dimana mereka lebih banyak bergantung pada manajer investasi mereka.
Strategi ini banyak dianjurkan oleh para manajer investasi dengan alasan bahwa harga reksadana itu cenderung akan naik dan lebih baik bagi para investor untuk menahan unit yang sudah mereka beli untuk beberapa waktu lamanya hingga harganya benar-benar naik dan akan memberikan keuntungan yang cukup besar saat unit tersebut dijual
• Buy and Switch
Strategi yang satu ini membutuhkan analisa khusus untuk mengamati pergerakan harga.
Pada dasarnya strategi ini mengacu pada pembelian reksadana saham pada saat harga sedang turun atau saat harga mulai bergerak naik dan kemudian menswitchnya atau berpindah ke produk reksadana yang lain seperti Reksadana pendapatan uang atau Reksadana Pendapatan Tetap yang memiliki resiko lebih rendah saat harga NAB akan bergerak turun (atau saat berada dalam posisi yang tinggi).
Setelah itu, sang investor bisa menswitch kembali ke reksadana saham saat harga akan bergerak naik. Strategi yang satu ini memang nampak sedikit lebih rumit dibandingkan dengan strategi yang lainnya dan pada umumnya, mereka yang mempergunakan strategi ini akan menggunakan tekhnik khusus yang disebut tekhnikal analisis untuk bisa memprediksikan harga yang akan datang, apakah akan naik ataukah turun sebelum mengambil keputusan untuk melakukan switch.
Resiko Reksadana
Sebelum mulai membeli unit reksadana di salah satu penyedia yang ada, ada baiknya para calon investor mengenali berbagai resiko yang harus mereka tanggung sewaktu-waktu.
Pengetahuan mengenai resiko ini bisa dijadikan pertimbangan untuk bisa memilih jenis reksadana yang tepat dan juga memilih jenis strategi yang tepat. Beberapa resiko yang umum dihadapi oleh para investor reksadana adalah:
• Tidak adanya jaminan keuntungan yang pasti. Reksadana tidak menjamin adanya kenaikan modal, pembagian hasil ataupun keuntungan. Para investor perlu jeli mengenai waktu pembelian dan penjualan unit mereka untuk bisa mendapatkan keuntungan yang mereka inginkan
• Resiko dari perubahan yang terjadi di pasar saham baik karena adanya kebijakan internal pemerintah atau bisa saja adanya gangguan eksternal misalnya saja bencana alam. Pasar saham merupakan pasar yang dipengaruhi oleh berbagai aspek baik dari dalam maupun luar negeri dan perubahan ini bisa berpengaruh baik ataupun buruk terhadapa harga pasar dan tentu saja harga unit reksadana itu sendiri
• Resiko yang datang dari pengelola investasi atau manajer investasi. Bila sang manajer melakukan kebijakan yang keliru, maka hal ini bisa berdampak pada sang investor itu sendiri
• Kemungkinan terjadinya inflasi yang pastinya akan menyebabkan kerugian pada sang investor karena inflasi berarti terjadinya kenaikan harga konsumsi dan nilai reksadana mereka menjadi menurun, tidak seperti apa yang mereka bayangkan sebelumnya
• Kemungkinan terjadinya likuiditas
Namun sekali lagi perlu ditekankan bahwa nilai keuntungan dari reksadana itu sendiri jauh lebih besar, seiring dengan meningkatnya resiko yang ada. Secara umum bisa dikatakan bahwa reksadana adalah jenis investasi yang cukup aman dilakukan dan bisa memberi keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan pembukaan rekening tabungan ataupun pembukaan deposito.
Poin Penting dalam Pemilihan Reksadana
Ada beberapa poin penting yang perlu diingat oleh para calon investor mengenai reksadana, untuk membantu mereka agar lebih bijak dalam melakukan investasi, yaitu:
• Ada beberapa jenis reksadana yang bisa dipilih mulai dari reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana saham, dimana reksadana pasar uang memiliki resiko paling rendah dan reksadana saham memiliki resiko paling tinggi.
Ingatlah bahwa semakin tinggi resikonya, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang bisa diraup.
• Pilihlah manajemen investasi yang terpercaya, yang bisa mengelola uang investasi tersebut dengan cermat dan sebaik-baiknya, serta mampu memberikan informasi yang sebenar-benarnya.
• Ada berbagai jenis biaya yang perlu dibayar oleh seorang investor untuk produk investasi reksadana yang berbeda.
Cari tahu terlebih dahulu mengenai biaya-biaya ini sebelum melakukan investasi untuk bisa memastikan bahwa sang investor akan bisa mengetahui jumlah keuntungan bersih yang bisa mereka dapatkan tanpa adanya potongan lagi.
• Bisnis reksadana adalah sebuah bisnis profesional dan tidak menjanjikan jumlah keuntungan yang pasti. Penyedia reksadana yang menjanjikan imbal hasil yang terlalu tinggi yang pastinya akan dinikmati oleh sang investor justru perlu dicurigai. Ingatlah bahwa selalu ada resiko untuk setiap bentuk investasi termasuk juga reksadana.
• Untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal dari bentuk investasi ini, sangat dianjurkan untuk melakukan investasi reksadana paling tidak selama 3 tahun lamanya (tergantung dari strategi yang dipergunakan). Untuk mendapatkan keuntungan dalam jangka waktu pendek, misalnya selama satu tahun, sang investor bisa memilih jenis investasi yang lainnya misalnya saja deposito.
Investasi reksadana adalah salah satu jenis investasi yang cukup mudah untuk dipahami dan bisa diikuti oleh hampir semua orang saat ini.
Dengan memilih jenis reksadana yang tepat dan juga dengan menjalankan strategi yang tepat, para investor bisa mendapatkan keuntungan yang sepadan dengan resikonya.
Satu hal lagi yang perlu diingat oleh para investor adalah untuk tidak meletakkan semua uang mereka dalam satu bentuk investasi yang sama, melainkan menyebarnya dalam berbagai bentuk investasi yang lain misalnya saja investasi properti, investasi tanah atau investasi emas, untuk memperkecil resiko kerugian yang bisa saja menimpa pada salah satu bentuk investasi.